My Journey
About me, about my stories
Rabu, 25 Maret 2015
Verification Socialspark
1b2c517d0cc59c072538cdfd5f829fe574ec3523ec0108c698
Sabtu, 16 Agustus 2014
Puring Kencana, Indonesia yang belum merdeka
Mungkin tadi ada yang nonton program Kompas TV yang judulnya 'Garis Depan: potret batas negara'?
Kalau gak ada ya gak papa sih. cuma nanya.
Jadi, kurang lebih selama satu jam tadi, program 'Garis Depan' ngebahas tentang kehidupan masyarakat di Puring Kencana. Puring Kencana itu adalah sebuah kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia. Daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
FYI, kalimat yang di bold itu adalah semua informasi yang ada di wikipedia tentang Puring Kencana. Tidak mengherankan kenapa Puring kencana disebut sebagai daerah yang paling tertinggal di Indonesia. Informasinya aja dikit. Apalagi kehidupan ekonomi dan pendidikan mereka. yang melihat aja pahit apalagi bagi mereka yang hidup disana.
Kebanyakan masyarakat Puring Kencana adalah pekerja keras, tapi hidupnya masih jauh dari sejahtera. Mau beli kebutuhan pokok aja masih susah. Bukan karena gak ada duit (ada, tapi mungkin gak banyak). Tapi disana gak ada yang jualan kebutuhan pokok. Jangankan Indomaret atau Alfamart, pasar tradisional pun disana gak ada.
Ngomong-ngomong masalah duit. Masyarakat Puring Kencana gak pakai rupiah sebagai alat tukar. Biasanya mereka pakai ringgit Malaysia. Soalnya semua kebutuhan atau produk yang mereka jual atau beli semuanya dari dan oleh orang Malaysia. Beli sembako misalnya, mereka gak beli di pasar. Wong pasarnya aja gak ada. Mereka biasanya beli dari pedagang Malaysia yang bawa mobil berisi berkardus-kardus yang isinya sembako buat dijual. Bahkan bisa dibilang mereka sangat bergantung pada pedagang dari Malaysia ini untuk beli kebutuhan pokok.
Alasan lain mereka menggunakan produk Malaysia karena harganya lebih murah dibandingkan produk Indonesia. Akibat akses ke daerah mereka yang masih susah dilewati, jadi harga makanan atau kebutuhan lain yang dari Indonesia juga ikutan mahal.
FYI, harga 1 liter solar disana aja 13ribu rupiah. Nantinya solar itu mereka pakai buat menghidupkan genset karena disana belum ada listrik. Dan genset mereka pun kapasitasnya cuma 2 liter. Jadi kalau dihidupinnya mulai jam 6 sore, nanti jam 11-nya udah mati. Setelah itu ya gelap-gelapan sampai pagi.
Pahit?
Banget.
Next,
Para wanita pekerja keras di Puring Kencana ini biasanya mencari nafkah dengan menjual sayur-mayur. Bukan di Indonesia, tapi di Malaysia. Para wanita ini (usianya udah 35 sampai 40-an) biasanya bangun tengah malam untuk berjalan kaki menuju pasar tradisional di Malaysia. Dulu waktu gak ada senter, mereka jalan sambil bawa obor sambil bawa 'carrier'-nya masing-masing. Itu berat loh, bro. Lalu mereka akan berjalan selama 3 jam melalui jalan tikus sampai melewati perbatasan Indonesia-Malaysia, tanpa membawa paspor atau surat ijin apapun. Memang Ilegal. tapi mereka gak punya banyak pilihan.
3 jam jalan kaki, bawa obor, bawa carrier berisi sayur-mayur sama baju ganti. Gile! yang jalan kaki dari Pulau Sempu ke Sagara Anakkan mah masih cemen banget berarti (maksudnya saya).
Pas udah nyampe disana mereka langsung jualan sampai siang. Gak pakai tidur lagi loh. Dan itupun jualannya sering gak habis. Ini kalau saya misal ikut mereka jalan kaki terus jualan tapi jualannya gak abis, mungkin pulangnya pake nangis nih. Tapi reporternya bilang mereka gak pernah ngeluh.
Well, mereka pasti sadar kalau mau ngeluh pun gak akan mengubah apa-apa.
Di bidang pendidikannya juga gak lebih baik dari bidang ekonominya. Ya sama-sama pahit banget.
Semua sekolah yang ada disana semuanya kekurangan guru dan murid. Tapi ada sih kelas yang isinya para juara semua, yaitu para Juara I dan II di kelasnya yang berisi hanya dua orang.
Nah, kalau ada yang pengen ngerasain jadi juara tapi gak bahagia, ini boleh dicoba.
Ruang kelas disana cuma ada tiga. Bahkan ruang gurunya pun dibagi supaya ada ruang belajar. Karena gurunya kurang, maka seorang penjaga sekolah pun merangkap jadi guru dan wali kelas. Sebut saja Bapak X. Bapak X ini hanya lulusan paket C, jadi dia cuma mau mengajar di kelas 1 dan 2. Sayangnya, walaupun Bapak X merangkap jadi guru dan wali kelas, tapi gajinya tetap sebatas penjaga sekolah. WTF?!
Di sisi lain, di daerah perbatasan milik Negara Tetangga, bernama Sri Aman, memiliki kehidupan yang berkebalikan dari Puring Kencana. Di Sri Aman sudah ada KFC. Cukup untuk menjabarkan perbedaan kehidupan di kedua daerah ini kan? padahal kedua daerah ini sama-sama daerah perbatasan.
Walaupun kehidupan di Sri Aman lebih baik, mereka juga punya masalah dalam bidang pendidikan. Masalahnya adalah, apabila sekolah mereka kekurangan murid, maka sekolah itu akan ditutup. Tapi, seperti gayung bersambut, sekolahan yang kekurangan murid ini menerima dengan baik siswa-siswa yang ingin sekolah dari Puring Kencana. Seperti Sekolah kerajaan batu lintang, menerima murid dari Puring Kencana tanpa menyulitkan mereka. Sekolah itu membebaskan biaya sekolah untuk para murid, bahkan diberikan fasilitas alat tulis dan laptop gratis, lalu juga disediakan asrama. Tapi tentu saja ada syaratnya. Simple: Murid yang sekolah disana harus memiliki akte Malaysia, dan mereka akan menjadi anak Malaysia.
Waktu nonton yang bagian ini saya sempat speechless. Puring Kencana memang berada di wilayah Indonesia yang katanya merdeka. Tapi mana bisa disebut merdeka jika hidupnya malah bergantung dengan negara lain seperti itu. Kalau misal saya diposisi si anak yang tinggal di Puring Kencana dan ingin sekolah, saya juga pasti akan pilih sekolah di negara tetangga meski harus melepaskan status sebagai warga Indonesia.
But,
Itulah kehidupan di Puring Kencana yang saya juga baru tau.
Di hari yang berbahagia ini, di hari dimana sebagian bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaan dengan berbagai lomba. Sebagian lagi di daerah perbatasan sana mungkin merayakannya tanpa suara dan air mata.
Mudah-mudahan aja di usia Negeri ini yang semakin tua dan di pemerintahan yang baru nanti, daerah-daerah perbatasan di Indonesia bisa sejahtera dan gak bergantung dengan negara tetangga lagi. Amin.
DIRGAHAYU INDONESIA :)
Kalau gak ada ya gak papa sih. cuma nanya.
Jadi, kurang lebih selama satu jam tadi, program 'Garis Depan' ngebahas tentang kehidupan masyarakat di Puring Kencana. Puring Kencana itu adalah sebuah kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia. Daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
FYI, kalimat yang di bold itu adalah semua informasi yang ada di wikipedia tentang Puring Kencana. Tidak mengherankan kenapa Puring kencana disebut sebagai daerah yang paling tertinggal di Indonesia. Informasinya aja dikit. Apalagi kehidupan ekonomi dan pendidikan mereka. yang melihat aja pahit apalagi bagi mereka yang hidup disana.
Kebanyakan masyarakat Puring Kencana adalah pekerja keras, tapi hidupnya masih jauh dari sejahtera. Mau beli kebutuhan pokok aja masih susah. Bukan karena gak ada duit (ada, tapi mungkin gak banyak). Tapi disana gak ada yang jualan kebutuhan pokok. Jangankan Indomaret atau Alfamart, pasar tradisional pun disana gak ada.
Ngomong-ngomong masalah duit. Masyarakat Puring Kencana gak pakai rupiah sebagai alat tukar. Biasanya mereka pakai ringgit Malaysia. Soalnya semua kebutuhan atau produk yang mereka jual atau beli semuanya dari dan oleh orang Malaysia. Beli sembako misalnya, mereka gak beli di pasar. Wong pasarnya aja gak ada. Mereka biasanya beli dari pedagang Malaysia yang bawa mobil berisi berkardus-kardus yang isinya sembako buat dijual. Bahkan bisa dibilang mereka sangat bergantung pada pedagang dari Malaysia ini untuk beli kebutuhan pokok.
Alasan lain mereka menggunakan produk Malaysia karena harganya lebih murah dibandingkan produk Indonesia. Akibat akses ke daerah mereka yang masih susah dilewati, jadi harga makanan atau kebutuhan lain yang dari Indonesia juga ikutan mahal.
FYI, harga 1 liter solar disana aja 13ribu rupiah. Nantinya solar itu mereka pakai buat menghidupkan genset karena disana belum ada listrik. Dan genset mereka pun kapasitasnya cuma 2 liter. Jadi kalau dihidupinnya mulai jam 6 sore, nanti jam 11-nya udah mati. Setelah itu ya gelap-gelapan sampai pagi.
Pahit?
Banget.
Next,
Para wanita pekerja keras di Puring Kencana ini biasanya mencari nafkah dengan menjual sayur-mayur. Bukan di Indonesia, tapi di Malaysia. Para wanita ini (usianya udah 35 sampai 40-an) biasanya bangun tengah malam untuk berjalan kaki menuju pasar tradisional di Malaysia. Dulu waktu gak ada senter, mereka jalan sambil bawa obor sambil bawa 'carrier'-nya masing-masing. Itu berat loh, bro. Lalu mereka akan berjalan selama 3 jam melalui jalan tikus sampai melewati perbatasan Indonesia-Malaysia, tanpa membawa paspor atau surat ijin apapun. Memang Ilegal. tapi mereka gak punya banyak pilihan.
3 jam jalan kaki, bawa obor, bawa carrier berisi sayur-mayur sama baju ganti. Gile! yang jalan kaki dari Pulau Sempu ke Sagara Anakkan mah masih cemen banget berarti (maksudnya saya).
Pas udah nyampe disana mereka langsung jualan sampai siang. Gak pakai tidur lagi loh. Dan itupun jualannya sering gak habis. Ini kalau saya misal ikut mereka jalan kaki terus jualan tapi jualannya gak abis, mungkin pulangnya pake nangis nih. Tapi reporternya bilang mereka gak pernah ngeluh.
Well, mereka pasti sadar kalau mau ngeluh pun gak akan mengubah apa-apa.
Di bidang pendidikannya juga gak lebih baik dari bidang ekonominya. Ya sama-sama pahit banget.
Semua sekolah yang ada disana semuanya kekurangan guru dan murid. Tapi ada sih kelas yang isinya para juara semua, yaitu para Juara I dan II di kelasnya yang berisi hanya dua orang.
Nah, kalau ada yang pengen ngerasain jadi juara tapi gak bahagia, ini boleh dicoba.
Ruang kelas disana cuma ada tiga. Bahkan ruang gurunya pun dibagi supaya ada ruang belajar. Karena gurunya kurang, maka seorang penjaga sekolah pun merangkap jadi guru dan wali kelas. Sebut saja Bapak X. Bapak X ini hanya lulusan paket C, jadi dia cuma mau mengajar di kelas 1 dan 2. Sayangnya, walaupun Bapak X merangkap jadi guru dan wali kelas, tapi gajinya tetap sebatas penjaga sekolah. WTF?!
Di sisi lain, di daerah perbatasan milik Negara Tetangga, bernama Sri Aman, memiliki kehidupan yang berkebalikan dari Puring Kencana. Di Sri Aman sudah ada KFC. Cukup untuk menjabarkan perbedaan kehidupan di kedua daerah ini kan? padahal kedua daerah ini sama-sama daerah perbatasan.
Walaupun kehidupan di Sri Aman lebih baik, mereka juga punya masalah dalam bidang pendidikan. Masalahnya adalah, apabila sekolah mereka kekurangan murid, maka sekolah itu akan ditutup. Tapi, seperti gayung bersambut, sekolahan yang kekurangan murid ini menerima dengan baik siswa-siswa yang ingin sekolah dari Puring Kencana. Seperti Sekolah kerajaan batu lintang, menerima murid dari Puring Kencana tanpa menyulitkan mereka. Sekolah itu membebaskan biaya sekolah untuk para murid, bahkan diberikan fasilitas alat tulis dan laptop gratis, lalu juga disediakan asrama. Tapi tentu saja ada syaratnya. Simple: Murid yang sekolah disana harus memiliki akte Malaysia, dan mereka akan menjadi anak Malaysia.
Waktu nonton yang bagian ini saya sempat speechless. Puring Kencana memang berada di wilayah Indonesia yang katanya merdeka. Tapi mana bisa disebut merdeka jika hidupnya malah bergantung dengan negara lain seperti itu. Kalau misal saya diposisi si anak yang tinggal di Puring Kencana dan ingin sekolah, saya juga pasti akan pilih sekolah di negara tetangga meski harus melepaskan status sebagai warga Indonesia.
But,
Itulah kehidupan di Puring Kencana yang saya juga baru tau.
Di hari yang berbahagia ini, di hari dimana sebagian bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaan dengan berbagai lomba. Sebagian lagi di daerah perbatasan sana mungkin merayakannya tanpa suara dan air mata.
Mudah-mudahan aja di usia Negeri ini yang semakin tua dan di pemerintahan yang baru nanti, daerah-daerah perbatasan di Indonesia bisa sejahtera dan gak bergantung dengan negara tetangga lagi. Amin.
DIRGAHAYU INDONESIA :)
Senin, 09 Juni 2014
Lupa
Oh iya, lupa.
kemaren tanggal 31 Mei saya wisuda S1 loh :D
Gak tau mau ngomong apa. Pokoknya seneng! :D
Alhamdulillah :D
kemaren tanggal 31 Mei saya wisuda S1 loh :D
| Cieee.... Wisuda ^^ |
![]() |
| Gak maksud pamer sih sebenernya :D |
Gak tau mau ngomong apa. Pokoknya seneng! :D
Alhamdulillah :D
Langganan:
Komentar (Atom)

